Rabu, 22 Desember 2010

Indahnya Ketulusan Cinta....

Indahnya Ketulusan CintaMenerima pendamping kita apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak, merupakan bekaluntuk mencapai kemesraan dalam rumah tangga dan kebahagiaan di akhirat.Sebagai hamba yang dianugerahi fitrah, kita memang perlu menyeimbangkan harapan. Tak salah kitaberdoa memohon suami yang sempurna, tetapi pada saat yang sama kita juga harus melapangkandada untuk menerima kekurangan. Kita boleh memancangkan harapan, tapi kita juga perlu bertanyaapa yang sudah kita persiapkan agar layak mendampingi pasangan idaman.Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumahtangga kita, serta pasangan kita. Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan semakinsulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahankita (marital commitment) akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagiandan kepuasan.Apa bedanya harapan dan komitmen? Apa pula pengaruhnya terhadap keutuhan rumah tangga kita?Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kitamemiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima pasangan apaadanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona olehkecantikannya, kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut begituistri kita sudah tidak memikat lagi. Betapa cepat dan berlalu dan betapa besar nestapa yang harusditanggung.Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kitabangun. Kerelaan untuk menerima kekurangan, termasuk mengikhlaskan hati menerimakekurangannya membuat kita lebih mudah mensyukuri perkawinan. Disebabkan oleh komitmen yangsangat kuat pada Allah dan Rasul-Nya istri Julaibib mengikhlaskan hati untuk menikah denganJulaibib. Yang baru semalam usia pernikahan mereka Julaibib mengakhiri hayat di medan syahid.Ketika ibunya merasa tidak rela dikarenakan rendahnya rendahnya martabat dan buruknyaperawakan fisik, ia meminta agar orang tuanya menerima pinangan itu kalau memang Rasulullah saw.yang menentukan.Orang yang melapangkan hati untuk menenggang perbedaan, cenderung akan menemukan banyakkesamaan. Perbedaan itu bukan lantas tidak ada, tetapi kesediaan untuk menenggang perbedaanmembuat kita mudah untuk melihat kesamaan dan kebaikannya. Sebaliknya, kita akan merasa tidaknyaman berhubungan dengan orang lain, tidak terkecuali pendamping hidup kita, bila kita sibukmempersoalkan perbedaan. Apalagi jika kita sering menyebut-nyebutnya, semakin terasa perbedaanitu dan semakin tidak nyaman membina hubungan dengannya.Semoga Allah melindungi kita dari mempersoalkan perbedaan tanpa mengilmui. Semoga Allahmenjauhkan kita dari kesibukan yang membinasakan. Semoga Allah pula kelak mengukuhkan ikatanperasaan di antara kita dengan kasih sayang, ketulusan, dan kerelaan menenggang perbedaan.Sesungguhnya telah berlalu umat-umat sebelum kita yang mereka binasa karena sibukmempersoalkan perbedaan dan memperdebatkan hal-hal yang menjadi rahasia Allah.Nah, jika mempersoalkan perbedaan, menyebut-nyebutnya, dan mengeluhkannya akan membuathubungan renggang, mengapa tidak melapangkan hati untuk menenggangnya? Sesungguhnyamenenggang perbedaan akan menumbuhkan kasih sayang dan kemesraan yang hangat. Adaperasaan mengharukan yang sekaligus membahagiakan jika kita memberikan untuknya apa yang iasukai.Untuk itu, ada tiga hal yang perlu kita pahami agar ia mempercayai ketulusan kita.Pertama, berikanlah perhatian yang hangat kepadanya. Besarnya perhatian membuat dia merasakita sayang dan kita cintai.Kedua terimalah ia tanpa syarat. Penerimaan tanpa syarat menunjukkan bahwa kita mencintainyadengan tulus. Tidak mungkin menerima dia apa adanya jika kitatidak memiliki ketulusan cinta dan kebersihan niat. Ketiga, ungkapkanlah dengan kata-kata yangtepat.Berkaitan dengan ungkapan ini, ada sebuah tips yang ahsan yang disampaikanoleh ustaz yang kini masih mengajar di jurusan Psikologi, UII, Yogyakarta ini. Yakni terminologi "aku"dan kamu". Saat kita mendapatkan bahwa masakan yang dibuat pasangan kita keasinan misalnya,maka gunakanlah kata ganti "aku" . "Aku lebih suka kalau sayurnya lebih manis, sayang" Tapi saatkita mendapatkan suatu kelebihan pada diri pasangan, ia sukses menggoreng telor dadar misalnya(biasanya ia menggoreng berkerak), maka kita gunakan kata ganti "kamu". "Kamu memang pintar,istriku". Kita gunakan kata "aku" untuk sesuatu yang sifatnya negatif dan "kamu" untuk sesuatuyang sifatnya positif. Untuk semua hal.Tampaknya memang benar, karena penggunaan kata ganti "kamu" untuk sebuah kesalahan yangtelah dilakukan oleh pasangan kita cenderung menyaran pada arti memvonis alih-alih memosisikanpasangan kita sebagai tertuduh.Dalam perspektif pragmatik (linguistik), terminologi ini merupakan sebuah supaya penggunaanmaksim kesopanan dengan tetap mempertahankan maksim kerja sama. Dengan tujuan agar tidakterjadi konflik pada keduanya.Berangkat dari petunjuk Allah ini tidak layak bagi kita untuk sibukmempersoalkan kekurangan ataupun kesalahan, apalagi kekurangan yang sulit dihilangkan, sepanjangia tidak melakukan kekejian yang nyata. Betapa pun banyak yang tidak kita sukai darinya, kemesraandengannya tak akan pudarjika kita mencoba untuk berbaik sangka kepada Allah, barangkali di balik itu Allah berikan kebaikanyang sangat besar. Sebaliknya, sesedikit apa pun keburukannya, bila kita sibuk menyebut-nyebutdan mengingatnya, akan sangat memberatkan jiwa. Dampak selanjutnya tidak hanya bagi hubungansuami istri, tetapi merembet pada hubungan kita dan si kecil.Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukancinta yang bersemi indah. Sesudahnya berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna.Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut istri untuk sempurna?Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah. Ada ruang untuk saling berbagi. Ada ruanguntuk saling memperbaiki. Dan bukan saling mengeluhkan, alih-alih menyebut-nyebut kekurangan.Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantasmembiarkan kesalahan. Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hatimenghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan. Tunjukkanlah bahwa kita memang sangatmenghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti danbersemangat mendampinginya.Dalam buku ini Ustaz Fauzil memang tidak hanya membahas seputar keikhlasan menerima pasangankita apa adanya. Namun tampaknya beliau memandang masalahyang remeh temeh ini dalam beberapa hal telah menjadi batu karang yang cukup terjal yangkemudian melahirkan benih-benih konflik dan alih-alih perceraian.Seperti pada bagian akhir, beliau menjelaskan bagaimana upaya belajar itu tidak sebatas menerimaapa adanya, tetapi juga diikuti dengan belajar mendengar dengan sepenuh hati. Karena tidak jarangkita bukan tidak paham jawaban yang sesungguhnya diinginkan di balik pertanyaan pasangan.Cukupbanyak hal sepele yang tampaknya kita anggap telah kita berikan tetapi ternyata hal itu jauhmeleset dari dugaan. Kita bukan mendengar pasangan tetapi mendengar diri sendiri, kita bukanmemberi solusi tapi malah menambah materi. Kita bukan memberi jalan keluar alih-alih menghakimi.Kita bukan memberikan jawaban, tetapi malah memberikan pertanyaan. Kita bukan meringankantetapi malah memberatkan. Benarkah?Al akhir, kekayaan itu ada di jiwa. Dan keping kekayaan itu dimulai dari ketulusan menerima. Dengankekayaan jiwa kita akan lebih mudah memberikan empati, lebih mudah untuk memahami, lebih mudahuntuk berbagi dan lebih mudah mendengar dengan sepenuh hati.Hari ini, ketika kita bermimpitentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasanganbegitu rapuh, sudahkahkita berterima kasih kepadanya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita? Jikabelum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuahpanggilan sayang untuknya. Mulailah dari yang paling mudah, hatta yang paling remeh atau kecilsekalipun. Mulailah dari yang paling kecil, demikian Ustaz Aa' berpesan. Little things mean a lot,demikian Ustaz Fauzil menambahkan. Agar cintabersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.Masya Allah.Subhanallah.Alhamdulillahirabbil alamiin.Wallahu alam bisshawab.(bagi yang belum menikah tidak usah khawatir, jika engkau jaga risalah Allah adalah sebuahkeniscayaan jika Allah kan berikan yang terbaik buat antum, sekali lagi terbaik dalam perspektifAllah, dan bukan perpektif kita)

Tidak ada komentar: